Argumen untuk mimpi
Agustinus menyatakan bahwa seseorang tidak dapat bertanggung jawab secara moral atas tindakan dalam mimpi mereka karena mereka tidak memiliki kontrol atau wewenang atas tindakan tersebut. Analisis ini didasarkan pada beberapa poin penting. Pertama, dalam mimpi, individu tidak memiliki kontrol sadar atas tindakan mereka. Mimpi adalah hasil dari proses bawah sadar yang terjadi tanpa kesadaran atau niat yang disengaja. Karena tanggung jawab moral biasanya terkait dengan kesadaran dan niat, tindakan yang terjadi di luar kendali sadar seseorang tidak dapat dikenakan pertanggungjawaban moral. Kedua, tanggung jawab moral sering kali memerlukan adanya niat atau maksud untuk melakukan tindakan tertentu. Dalam mimpi, tindakan dilakukan tanpa niat atau maksud yang jelas, karena individu tidak sepenuhnya sadar dan tidak dapat membuat keputusan dengan sengaja. Tanpa adanya niat, sulit untuk menganggap seseorang bertanggung jawab secara moral. Ketiga, mimpi sering kali dipengaruhi oleh berbagai faktor luar kendali, seperti pengalaman hidup, emosi yang terpendam, dan aktivitas otak selama tidur. Karena individu tidak memiliki kontrol penuh atas apa yang terjadi dalam mimpi, tindakan dalam mimpi lebih bersifat deterministik daripada hasil dari pilihan bebas. Keempat, tanggung jawab moral berkaitan erat dengan konsep kehendak bebas. Untuk dapat bertanggung jawab secara moral, seseorang harus memiliki kebebasan untuk memilih antara tindakan yang berbeda. Dalam mimpi, kebebasan ini tidak ada, karena individu tidak dapat membuat pilihan yang sadar dan bebas.
Namun, ada beberapa argumen yang mungkin menantang pandangan ini. Beberapa teori psikologi, seperti yang dikemukakan oleh Freud, menyatakan bahwa mimpi bisa mencerminkan keinginan atau niat bawah sadar seseorang. Meskipun individu tidak bertindak secara sadar, mimpi mungkin mengungkapkan aspek dari diri mereka yang tersembunyi. Namun, menganggap seseorang bertanggung jawab atas keinginan bawah sadar ini adalah hal yang rumit dan kontroversial. Ada juga pandangan bahwa tindakan dalam mimpi dapat mencerminkan karakter moral seseorang. Misalnya, jika seseorang secara konsisten melakukan tindakan tidak bermoral dalam mimpi, ini mungkin mencerminkan aspek dari karakter moral mereka yang perlu diperhatikan. Namun, ini tidak berarti bahwa seseorang harus bertanggung jawab secara moral atas tindakan dalam mimpi, melainkan mereka harus memperhatikan dan mungkin bekerja pada aspek tersebut dalam kehidupan nyata.
Secara keseluruhan, argumen Agustinus bahwa seseorang tidak dapat bertanggung jawab secara moral atas tindakan dalam mimpi karena kurangnya kontrol sadar dan niat adalah kuat dan logis. Tindakan dalam mimpi terjadi di luar kendali sadar seseorang, dan tanggung jawab moral biasanya memerlukan adanya kesadaran dan kebebasan untuk membuat pilihan. Namun, mimpi bisa memberikan wawasan tentang kondisi bawah sadar seseorang, meskipun ini tidak serta-merta berarti tanggung jawab moral.